Industri perjalanan sedang mengalami transformasi pesat, didorong oleh perubahan perilaku konsumen, masalah privasi data, dan realitas geopolitik. Perkembangan terkini menyoroti tiga tema utama: penemuan kembali program loyalitas hotel, dampak finansial dari ketegangan politik pada perjalanan udara, dan perluasan strategis teknologi perjalanan India. Yang terakhir, pasar Maladewa yang sudah matang memposisikan dirinya untuk pendekatan pariwisata yang lebih baik.
Masa Depan Loyalitas Hotel: Personalisasi Berbasis Data
Program loyalitas hotel tidak lagi sekadar tentang poin dan tingkatan. Program tersebut kini berkembang menjadi ekosistem berbasis data yang canggih. Seiring dengan semakin ketatnya peraturan privasi digital (termasuk meningkatnya pelacakan tanpa cookie), merek harus memanfaatkan strategi data yang lebih cerdas – seperti pengumpulan data pihak pertama – untuk mendorong pemesanan langsung dan membangun hubungan pelanggan yang bermakna.
Ronen Kadosh dari Wunderkind menekankan hal ini: resolusi identitas kini sangat penting bagi pemasar perjalanan. Ini berarti mengidentifikasi secara akurat masing-masing wisatawan di seluruh perangkat dan saluran untuk memberikan penawaran dan pengalaman yang dipersonalisasi. Tanpa hal ini, merek berisiko kehilangan pendapatan langsung dari agen perjalanan online (OTA) yang mendominasi penelusuran dan distribusi.
Gesekan Geopolitik: Pembekuan Perjalanan Tiongkok-Jepang
Meningkatnya kebuntuan antara Tiongkok dan Jepang berdampak nyata pada perjalanan udara. Sekitar 1.900 penerbangan telah dibatalkan, terutama berdampak pada resor ski Jepang yang bergantung pada turis Tiongkok selama musim dingin. Maskapai penerbangan mengurangi kapasitas pesawat dan mengurangi frekuensi penerbangan sebagai tanggapannya.
Situasi ini menggambarkan tren yang lebih luas: ketidakstabilan geopolitik kini secara langsung mempengaruhi pola perjalanan. Selama ketegangan masih belum terselesaikan, pembekuan perjalanan dapat berlanjut hingga tahun depan, sehingga menyebabkan gangguan ekonomi yang signifikan bagi kedua negara. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai ketahanan negara-negara yang bergantung pada pariwisata dalam menghadapi risiko politik.
Diversifikasi sebagai Strategi: Ekspansi DreamFolks
Akuisisi perusahaan teknologi perjalanan India, DreamFolks, atas saham mayoritas di Easy to Travel yang berbasis di Dubai menunjukkan kebutuhan yang jelas akan diversifikasi. Pasar perjalanan India menjadi semakin kompetitif, dan perusahaan harus melakukan ekspansi melampaui batas domestik untuk menjamin pertumbuhan jangka panjang.
Langkah ini bukan hanya tentang ekspansi; itu adalah strategi bertahan hidup. Diversifikasi bukan lagi sebuah kemewahan namun sebuah kebutuhan dalam lanskap yang berubah dengan cepat di mana konsolidasi dan inovasi adalah hal yang terpenting.
Maladewa: Pergeseran Menuju Pariwisata yang Lebih Baik
Maladewa, yang memiliki infrastruktur pariwisata yang kuat, kini siap menerapkan pendekatan yang lebih cerdas. Setelah bertahun-tahun berfokus pada pariwisata massal, destinasi ini siap menjadi lebih tajam dan lebih luas






















